Lebih Baik Jadi Pendosa Yang Alim
Daripada Pendosa Yang Jahil
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H
Minal Aidin Wal Faizin. Mohon Ma’af lahir dan Bathin
Wahai Ikhwan wa Ikhwati Fillah
Tak
terasa bulan puasa telah berakhir. Bulan yang penuh rahmah, bulan yang penuh maghfirah,
dan bulan yang dibukakan pintu surga dan ditutup pintu neraka. Tak mudah
seseorang yang selalu istiqamah dalam memanfaatkan kesempatan beramal di bulan
ramadhan ini. Hanya orang-orang yang diberi Allah SWT taufik dan hidayahlah
yang bisa beramal dibulan ramadhan. Oleh karena itulah, beruntunglah bagi
orang-orang selalu istiqamah dijalan-NYA.
Wahai Ikhwan wa Ikhwati Fillah
Sekarang
kita merayakan hari raya idul fitri. Hari dimana kita telah bisa merasakan
hasil dari ibadah puasa yang telah kita jalankan sebulan penuh. Berhasil
tidaknya seseorang melakukan ketaatan ibadah puasa itu tergantung bagaimana
cara kita menjaga kemulian bulan Ramadhan. Seperti menjaga anggota tubuh kita
dari sesuatu yang dibenci oleh Allah seperti berdusta, menggibah, memfitnah,
dan lain-lain.
Perlu kita ketahui bahwa ada dua macam orang yang melakukan kesalahan atau
berdosa yaitu: pertama, orang yang berdosa yang alim maksudnya apabila
dia melakukan kesalahan Dia langsung bertobat dan kesalahan yang dilakukannya
itu tidak direncanakan. Kedua, orang yang berdosa yang jahil maksudnya
apabila dia melakukan kesalahan dia sering melakukan menunda-nunda bertobat dan
kesalahan yang dilakukannya itu direncanakannya. Maka oleh sebab itu, lebih
baik jadi orang yang berdosa yang alim daripada orang yang berdosa yang jahil.
Momen
idul fitri inilah merupakan waktu yang tepat untuk saling mema’afkan dengan
tujuan membersihkan diri kita dari sifat-sifat yang dibenci oleh Allah.
Sehingga, pada hari raya idul fitri ini jiwa kita benar-benar suci seperti bayi
yang baru lahir kedunia ini. Selain itu juga, mengeluarkan zakat fitrah adalah alat
pembersih jiwa kita yang kotor.
Wahai Ikhwan wa Ikhwati Fillah
Selama jiwa dikandung badan dan selagi nafas masih berjalan teratur
menurut ukuran normal. Saya memohon ma’af sebesar-besarnya kepada orang-orang
yang kucintai karena Allah kepada orang tua, saudara/i, dan orang yang masih
bermukim dihatiku.
Orang Tua
Kasih sayangmu kepadaku sepanjang zaman sedangkan kasih sayangku
kepadamu hanya sepanjang galah. Itulah
gambaran keadaanku sekarang kepadamu. Maka, oleh sebab itulah dalam kesempatan
ini Aku meminta ma’af setulusnya kepadamu dan Aku mengharap keridaanmu untuk
mema’afkanku. Aku tahu permintaan ma’af saja tidak cukup dan harus ada bukti
konkret untuk menyatakannya. Maka, izinkanlah Aku memperbaiki diriku dan berbakti
Kepadamu.
Saudara-saudariku
Teman yang baik adalah teman yang selalu mengingatkan kita kepada
jalan kebaikan dan menghindarkan kita dari jalan keburukkan. Sebagai saudara maupun teman Aku terkadang belum bisa menjadi teman
yang baik yang belum bisa memberikan nasehat yang baik kepadamu. Bahkan Aku
sering membuat dirimu jatuh kepada keburukan. Walaupun keburukan yang kubuat
itu merupakan hal sepele menurut akalmu. Seperti bercanda maupun hajat engkau
yang belum bisa kupenuhi. Hal itu merupakan tidaklain karena kebodohanku dan
kurangnya iman dalam hatiku. Aku harap engkau mema’afkanku dan mendo’akanku
agar lebih baik lagi kedepannya. Amin.
Orang Yang
Masih Bermukim Dihatiku
Mahabbah atau mencintai
adalah sifat fitrah yang dialami oleh semua insan yang bernyawa. Apabila mahabbah tidak
ada didalam hati maka, kehidupan menjadi gersang dan tidak ada ketenangan dalam
hati.
Salahkah
Aku mencintaimu??. Aku bukan benda mati. Aku adalah makhluk yang bernyawa yang
mempunyai hati dan perasaan. Aku tahu kedewasaan merupakan faktor penentu
keberhasilan dan kelanggengan suatu hubungan. Tetapi salah Aku saat ini belajar
untuk menjadi pribadi yang dewasa. Menjadi dewasa tidak dapat secara instan
perlu ada latihan-latihan dalam menghadapi permasalahan. Salah satu kali dalam menyelasaikan masalah lebih
baik daripada diam tidak melakukan apa-apa dalam menyelesaikan permasalahan.
Aku bukan nabi dan Aku juga bukan Malaikat. Aku hanyalah manusia yang tidak
luput dari kesalahan baik zhahir maupun bathin. Rasulullah pernah bersabda Semua
anak Adam (manusia) sering membuat kesalahan, dan sebaik-baik mereka yang
melakukan kesalahan ialah orang yang suka bertaubat. (HR.Tirmidzi). Maka
oleh sebab itu, ma’afkanlah Aku dan izinkan memperbaiki diriku.
M. Fahruzaini
Lahir di Barabai 06 Mei 1986 adalah Alumnus IAIN Antasari
Banjarmasin Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits. Sekarang aktif mengajar
di SDIT Tarbiatul Aulad. Aktif dalam dunia tulis menulis karena motivasi atau
dorongan dari teman yang juga hobi dalam menulis. Penulis bisa di hubungi
melalui email sayyed25zaen@gmail.com
No comments:
Post a Comment