Monday, May 20, 2013

Resensi


Judul               : Rogoh Ah.....
Penulis             : @edi_akhiles
Penerbit           : Laksana
Cetakan           : Pertama, Januari 2013
Tebal               : 228 halaman
ISBN                : 978-602-7724-15-0
          Dalam suatu hadits Nabi bahwa Rasulullah bersabda “setiap anak Adam sering membuat kesalahan dan sebaik-baik mereka yang melakukan kesalahan adalah orang bertobat” (HR.Tirmidzi). Berdasarkan hadits tersebut bahwa tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan dosa atau kesalahan baik itu kecil atau besar. Kecuali nabi dan malaikatlah yang tidak pernah berbuat kesalahan karena mereka disucikan oleh Allah dari berbuat dosa. Dan sebaik-baik orang yang pernah melakukan kesalahan adalah orang yang senantiasa bertobat kepada Allah dengan sebenar-benarnya.
            Untuk mengetahui diri kita ini pernah melakukan kesalahan atau tidak. Maka, diperlukan ilmu kemudian me muhasabah atau meneliti pekerjaan kita sehari-hari apakah sesuai dengan norma agama  atau norma sopan santun. Apabila tidak sesuai maka cepatlah bertobat dan perbaiki dan apabila sudah baik pertahankanlah.
Ada banyak cara yang dilakukan seseorang untuk membuat seseorang itu sadar akan kesalahannya dan tidak terus menerus melakukannya salah satunya adalah  menyajikan kisah-kisah yang penuh canda tapi merupakan kritik sosial keberagaman yang ditulis oleh Edi Akhiles dengan judul “Rogoh Ah... (kelakuan Aku, Kamu, dan Dia) buku ini merupakan bentuk dari kisah-kisah-kisah refleksi konyol namun bersifat keagamaan yang ditulis oleh penulis yang sebelumnya dia juga telah menulis buku yang mempunyai karakter dan sifat seperti ini diantara buku tersebut yaitu buku dengan judul Andaikan Aku jalan kaki, Masihkah Engkau ada selalu untukku?, lalu Ah, Tuhan sayang pada Aku kok..., dan lain-lain.
Namun diantara buku tulisannya tersebut yang paling banyak melakukan kritik sosial keberagamaan adalah buku Rogoh Ah... ini contohnya dia mengkritik kebanyakan umat muslim pada waktu mendengarkan khotbah  jum’at ada yang masih mengerjakan hal yang sia-sia seperti main hp. (hlm. 7-13) padahal selain itu kita juga dilarang untuk menegur seseorang yang berbuat hal yang kurang sopan dalam mesjid walaupun hanya satu kata. Sebagaimana ada sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila kamu mengatakan kepada temanmu, 'Diamlah', padahal imam sedang berkhutbah, maka kamu telah berbuat sia-sia (pahala kamu menjadi sia-sia)."
Dia juga mengkritik tentang fungsi mesjid yang seharusnya sebagai tempat ibadah dan tempat menimba ilmu sekarang disalagunakan orang sebagai tempat santai untuk membicarakan mulai dari masalah asmara sampai politik. (hlm. 185-190).
Bahasa-bahasa dalam buku ini ditulis dengan bahasa yang renyah, segar, dan membuat penasaran pembaca contohnya pada kalimat:
Busyetttt...., dibagian pangkal pahaku semakin ner-neran aja, getar-getar terus, makin lama makin menghebat.
Sial, sial banget...
Jangan, jangan nggak baik, bukan pada tempatnya, nggak pantas, nggak etis, nggak sopan, Ntar Cuma bikin kamu nyesel sendiri lho.... (hlm. 7-8).

Kisah-kisah dalam buku ini walaupun banyak menyinggung para pembaca yang pernah melakukan kesalahan yang sama tetapi bahasanya itu diolah seindah dan selucu mungkin. Seakan-akan pembaca tidak pernah dimarahi oleh seseorang ketika berbuat kesalahan. Bahkan pembaca nantinya akan sadar dengan muka senyum bahkan terbahak-bahak ketika membaca buku ini.
Buku-buku ini sangat cocok dibaca bagi kalangan pemerhati sosial agar selalu melakukan terobosan-terobosan agar masyarakat tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam berbuat dan menempatkan sesuatu pada tempat dan fungsinya seperti contoh yang disebutkan di atas tadi. Bagi kalangan anak muda buku inibisa menjadi referensi berharga bagi mereka karena dengan buku ini jadi diri mereka ditemukan karena isinya juga berkenaan tentang hal ihwal keadaan waktu muda. Maka, oleh sebab itulah dapatkan buku tersebut di kota Anda.

Selamat membaca....
____________________
*Muhammad fahruzaini, Pengajar di SD IT Tarbiatul Aulad, tinggal di Barabai, Kalimantan