Monday, July 29, 2013

Profil KU


  
M. Fahruzaini
Lahir di Barabai 06 Mei 1986 adalah Alumnus IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits. Sekarang aktif mengajar di SDIT Tarbiatul Aulad. Aktif dalam dunia tulis menulis karena motivasi atau dorongan dari teman yang juga hobi dalam menulis. tulisanku pernah dimuat di Rimanews, Radarseni, Dakwatuna, Wasathon, Majalah anNida, dan Banjarmasinpost.  Penulis bisa di hubungi melalui email sayyed25zaen@gmail.com


Monday, July 22, 2013

Resensi


 

Terapi Jantung Dengan Shalat


 

 
Judul               : Ajaibnya Energi Shalat Sebagai Terapi Penyakit Jantung
Penulis             : Imam Musbikin
Penerbit           : Najah (Diva Press)
Cetakan           : Pertama, Mei  2013
Tebal               : 186 halaman
ISBN               : 978-602-7663-63-3
            Ibadah yang sering dilakukan umat Islam adalah shalat. Shalat bukan hanya ritual penyembahan kepada Allah tetapi juga bermanfaat sebagai penyembuhan dari berbagai penyakit, terutama dalam hal ini adalah penyakit jantung. Penyakit jantung adalah penyakit yang mematikan yang bisa menyerang siapa saja, baik tua maupun muda. Penyebab penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, kurang gerak atau olah raga, dan stres.
            Banyak sudah dalil-dalil al Qur’an maupun hadits maupun penelitian ilmiah yang dilakukan oleh ilmuan untuk mengungkap manfaat dari shalat. Akan tetapi, diantara umat islam masih menganggap remeh tentang shalat. Akhirnya, pelaksanaan shalat sering    ditunda-tunda sampai keluar waktunya. Padahal shalat itu merupakan kewajiban bagi umat islam yang mempunyai segudang manfaat untuk hidup di dunia maupun akhirat. 
            Buku setebal 186 halaman yang ditulis oleh Imam Musbikin ini berusaha mengungkapkan keajaiban dari shalat yang bisa dijadikan sebagai terapi jantung. Adapun manfaat shalat yang bisa dijadikan terapi-terapi jantung adalah bacaan, doa, dan gerakan shalat. 
            Diantara terapi shalat dari bacaan pada waktu shalat yaitu menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang profesor psychologist yang bernama Prof. Vander Hoven bahwa ia telah mengadakan survei terhadap pasien yang ada di rumah sakit belanda yang kesemuanya non-muslim selama tiga tahun. Dalam penelitian tersebut, ia melatih para pasien untuk mengucapkan kata Allah (Islamic pronouncing) dengan jelas dan berulang-ulang.
            Hasil dari penelitian tersebut sangat mengejutkan, karena para pasien yang mengucapkan kata Allah dengan berulang-ulang itu menjadi tenang, terutama sekali bagi pasien yang mengalami gangguan pada fungsi hati dan orang yang mengalami stres. Profesor tersebut juga menjelaskan bahwa huruf pertama dalam Allah yaitu “a”, dapat melonggarkan (melancarkan) saluran pernafasan (aspiratory system) dan mengontrol pernapasan (controls breathing). Dan pengucapan huruf konsonan “L” dengan lidah menyentuh bagian atas rahang dapat memberikan efek rileks (hal. 17-18).
            Pengaruh shalat berjamaah dalam terapi penyakit jantung juga diulas dalam buku ini. Karena kebanyakan dari penyakit jantung butuh dukungan sosial (social support) dari orang lain dan apabila penderita penyakit jantung dibiarkan kesepian maka akan berdampak melemahnya sistem kekebalan tubuh sehingga menambah parah penderita penyakit jantung.
            Menurut Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, bahwa aspek kebersamaan dalam shalat berjamaah mempunyai nilai terapeutik, dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil, tidak dapat bergabung dalam kelompok, maupun tidak diterima atau dilupakan. Shalat yang dilakukan berjamaah juga memiliki efek terapi kelompok. Sehingga perasaan cemas, terasing takut, menjadi hilang (hal.151-154).
            Akan   tetapi dalam hal ini perlu diingat bahwa yang dijadikan tujuan dalam shalat adalah mengharap ridha Allah bukan yang lainnya. Sehingga pelaku shalat hatinya menjadi ikhlas dan keikhlasan itulah yang melahirkan ketenangan. Dari ketenangan itulah yang bisa menghambat timbulnya penyakit jantung.
             Oleh sebab itulah, buku ini sangat penting dibaca bagi mereka yang mempunyai penyakit jantung maupun bagi orang yang inngin menghindari diri sedini mungkin dari penyakit berbahaya tersebut. Lebih dari itu juga harapan dari buku ini adalah agar memotivasi diri kita agar tidak malas-malasan dalam melaksanakan shalat dan juga agar kita dapat meyakini seyakin-yakinnya bahwa Allah swt, sangat sayang kepada kita. Buktinya Allah memberikan solusi dari berbagai masalah yang kita hadapi dengan shalat.


Selamat membaca....
____________________
*Muhammad fahruzaini, Pengajar di SD IT Tarbiatul Aulad, tinggal di Barabai, Kalimantan

Artikel


MEMPERTAHANKAN RASA NASIONALISME  

Kita ketahui bahwa Indonesia sudah merdeka pada tahun 1945, tidak sedikit  para pahlawan kita yang gugur pada waktu itu. Mereka telah mengorbankan tenaga, pikiran, dan darah untuk membela tanah air kita ini.
Sebagai wujud tanda terimakasih kita kepada mereka adalah mempertahankan rasa nasionalisme kepada negara kita ini. Baik dalam hal budaya, olahraga, maupun tekhnologi.
Kebanyakan dari hal seni budaya kita sudah mulai ditinggalkan. Bahkan sampai diakui oleh pemerintah Malaisyia sebagai budaya daerah mereka. Hal itu diakibatkan karena budaya barat sudah masuk kenegri kita dan anak mudanya lebih senang kesenian modern daripada kesenian tradisional. Contohnya saja dalam hal kesenian tari daerah yaitu reog panorogo di Yogyakarta.
Bentuk konkret dalam mempertahankan rasa nasionalime adalah memberikan semangat kepada generasi selanjutnya tentang penting melestarikan budaya daerahnya baik itu dengan cara memberikan pelajaran atau pelatihan tambahan kepada sekolah mulai tingkat SD sampai bangku perkuliahan sehingga budaya kita tidak hilang sepanjang zaman dan tidak dilecehkan orang lain. 

                                                                                               
                                                                                                                Barabai, 31 Mei 2013 
 
Menjadikan Masa Kecil Yang Cinta Masjid

Masa anak-anak adalah masa yang paling bahagia dan menyenangkan. Hari-harinya diisi dengan bermain baik mainan yang ringan seperti menggunakan alat permainan atau main petak umpet maupun bermain dengan cara yang kasar seperti main karate-karatean atau smack down atau permainan gulat orang dewasa. Semua itu dilakoninya dengan senang walaupun ada rasa sakit kena pukul pada tubuhnya. Tentunya juga peran aktif orang tua dalam mengarahkan anaknya kepada permainan yang baik dan mendidik.
            Masa anak-anak juga adalah masa emas. Maksudnya masa tersebut adalah masa yang paling berharga bagi pertumbuhan anak. Kalau orang tua salah dalam mendidik maka, dampaknya akan sangat besar bagi karakter dan perkembangan mental anak. Sebagaimana Rasulullah saw., pernah bersabda yang artinya: ”setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Muslim)
            Ada beberapa fase pertumbuhan bagi anak yang harus diketahui oleh orang tua yaitu:
1.        Fase usia 0-3 tahun. Pada fase ini, moralitas anak mulai dibentuk.
2.        Fase usia 4 tahun. Fase egosintres akan dialami oleh anak pada usia dini. Indikasinya, mereka mulai senang melanggar aturan, memamerkan diri dan memaksakan keinginan.
3.        Fase usia 4, 5-6 tahun. Pada fase ini anak mulai menunjukkan sifat penurutnya. Bahkan ia mulai bisa diajak bekerja sama.
4.        Fase usia 6, 5-8 tahun. Pada fase ini, anak sudah mulai merasa memiliki hak.
            Anak yang cerdas secara intelektual, emosional, maupun spritual adalah dambaan setiap orang tua. Untuk itulah penanaman karakter pada waktu kecil sangat diperlukan. Peranan masjid terhadap pendidikan yang berkarakter islami menjadi tolak ukur maju atau tidaknya syiar islam.  Sebagaimana yang dipraktekkan oleh Rasulullah dulu bahwa masjid mempunyai peranan penting mulai dari keagamaan, kemasyarakatan sampai kemilitiran.
            Untuk itulah penanaman cinta kepada masjid dimulai ketika masih kecil yaitu pada masa usia 1-8 tahun. Karena pada masa tersebut karakter anak mudah dibentuk. Adapun tips agar anak senantiasa pergi kemasjid yaitu:
Pertama, keteladanan. Seribu kata-kata akan termuntahkan oleh anak-anak kita, kalau kita melakukan perbuatan yang berseberangan dengan apa yang kita ucapkan. Misalnya, seorang ayah menyuruh anaknya pergi ke mesjid sedang ayahnya sendiri shalat dirumah. Maka, anak tersebut akan berontak dalam hatinya kenapa saya saja yang disuruh ke masjid sedangkan ayah sendiri shalat dirumah. Walaupun anak tersebut menurut apa yang kita perintahkan akan tetapi apa yang dikerjakannya itu tidak sepenuh hati. Bahkan asal-asalan.
            Oleh sebab itulah setiap orang tua dituntut untuk mengajak anaknya pergi kemasjid dalam rangka mendidik anaknya agar cinta masjid. Memang sih, kadang-kadang yang namanya anak-anak itu sering bosan kalau tidak melakukan apa-apa yang menurut Dia menyenangkan. Akhirnya Dia sering main-main sendiri ketika berada di Masjid. Hal tersebut biasanya bisa diantipasi oleh orang tua dengan memberikan pakaian atau sajadah yang bagus kepadanya sehingga Dia senang melakukan shalat
Kedua, berikan motivasi. Memberikan motivasi itu sama halnya menyulutkan bensin ke api. Semakin banyak bensin yang kita berikan maka, semakin besar pula kobaran api yang kita nyalakan. Begitu juga apabila kita memotivasi anak untuk pergi ke masjid maka semakin giatlah anak kita melakukan apa yang kita perintahkan. Tehnik memotivasi kepada anak pun ada aturannya yaitu perbanyaklah cerita tentang orang-orang yang sering pergi ke masjid yang pada akhirnya Dia disukai Allah dan jangan terkesan menggurui. Seperti cerita para sahabat Nabi yang apabila ada masalah pergi ke masjid yaitu cerita Ali bin Abi Thalib yang ketika ada masalah dalam keluarganya Dia langsung pergi ke masjid untuk menenangkan diri dan juga cerita seorang pemuda yang berusia 18 tahun yang bisa menaklukkan benteng terkuat Cyzantium, konstantinopel. Yang ternyata rahasia mengapa Dia bisa melakukan hal itu adalah karena Dia sering melakukan shalat Tahajjud. Dan masih banyak lagi cerita lain yang bisa memotivasi anak agar rajin shalat dan pergi ke masjid.
Ketiga, berikan reward. Setelah diberikan motivasi maka langkah selanjutnya adalah berikan reward atau hadiah. Misalnya kalau bisa melakukan shalat berjamaah di masjid maka, akan diberi hadiah berupa tambahan uang jajan atau apa saja yang membuat suka anak tersebut.
Kelima, berikan sanksi. Biasanya kalau kita membuat peraturan sedikit tidaknya pasti ada peraturan yang dilanggar. Maka, oleh sebab itulah fungsi dari sanksi tersebutlah yang bisa menimalisir pelanggaran tersebut. Sanksi atau hukuman disini bukanlah hukuman yang bisa mencederai fisik atau anggota tubuh akan tetapi disini sanksinya hanya hukuman yang bersifat mendidik seperti membaca tiga surah dalam al qur’an setiap kali tidak melakukan shalat di masjid.
            “Zaman semakin canggih namun akidah semakin terkebelakang” itulah gambaran zaman sekarang ini. Generasi sekarang tidak sama dengan generasi zaman dahulu. Maka, oleh sebab itulah mari kita jadikan generasi sekarang ini sebagai agen of change atau agen perubahan dari yang tidak baik kepada yang baik. Dari yang tidak suka kemesjid menjadi suka ke masjid.
Wallahu ‘alam